Taklukkan Gunung Tertinggi di Dunia, Kopassus Pakai Gaya Kampung (2014

.

Taklukkan Gunung Tertinggi di Dunia, Kopassus Pakai Gaya Kampung (2014

Admin
Minggu, 22 April 2018
Puncak Everest di Pegunungan Himalaya, dengan ketinggian 8.848 meter, merupakan impian bagi setiap pendaki gunung di dunia untuk bisa mencapai puncaknya. Bahkan untuk bisa mencapai puncaknya, diperlukan latihan selama beberapa tahun, baru punya keyakinan untuk mendakinya. Namun, jika ada tim pendaki yang kemudian bisa menaklukan gunung tersebut hanya dengan latihan selama 3 bulan saja, yakinkah Anda? Hal ini sudah dibuktikan oleh tim pendaki dari Kopassus TNI-AD, yang berhasil mencapai puncak pegunungan tersebut pada tahun 1997. Salah satu pelakunya adalah Kolonel Inf Iwan Setiawan, yang sekarang menjabat sebagai Danpusdikpassus.

foto:Asatunews.com

Bergabung di Kopassus sejak tahun 1993. Selesai menamatkan sekolah menengah atas, Iwan Setiawan masih belum berfikir akan melanjutkan pendidikannya kemana. Namun, saat masih di jenjang pendidikan tersebut, kebetulan sekolah tempat dia menuntut ilmu berlokasi di Margahayu, Bandung, yang jaraknya dekat dengan Lapangan Udara Sulaeman. Di sana banyak keluarga anggota TNI AU yang tinggal, dan banyak dari mereka adalah teman sekolahnya.

Berkat teman-temannya, dia termotivasi untuk mendaftar ke AKABRI. “Alhamdulillah, dari sekian banyak yang mendaftar saya yang berhasil lulus AKABRI. Sementara itu, menjadi anggota Kopassus sendiri belum ada di bayangan saya. Waktu itu, saya lihat di televisi film tentang penumpasan G30S PKI oleh RPKAD. Saya membayangkan, pasukan itu hebat, terlatih dan disegani selain itu latihannya pasti berat. Sementara itu, saya sendiri masih sangsi apakah mampu atau tidak tetapi saya berupaya dengan doa dan semangat latihan, lalu mendaftar dan bisa lolos, “ tuturnya pria kelahiran asli Soreang, Bandung, ketika ditanyakan awal menjadi anggota TNI.

Lalu apa hubungannya antara bocah lugu dari SMA di Margahayu dengan Mount Everest? “Perlu diketahui, Malaysia sudah latihan untuk mendaki ke puncak gunung tersebut selama 3 tahun. Mereka juga sudah berani memproklamirkan sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang akan mencapai puncak pegunungan itu. Pada saat itu, Danjen Kopassus pak Prabowo punya keinginan bahwa Indonesia negara besar jangan sampai kelah dengan negara lain. Sehingga beliau mempunyai gagasan membentuk tim dari pemuda-pemuda terbaik dari Kopassus, juga sipil, agar disiapkan untuk pendakian ke puncak gunung tersebut. Kebetulan juga spesialisasi saya adalah daki – serbu, menjadikan saya salah satu yang direkrut dan berhasil lolos melalui seleksi menjadi tim tersebut. Bagi saya, itu merupakan tugas yang sangat menantang bahkan cukup berat dan resikonya tinggi. Alamlah yang menjadi tantangannya, kita dari iklim tropis dan tidak punya pengalaman naik gunung dengan suhu minus 50 derajat. Kami punya semangat dan demi kehormatan bangsa dan negara, juga kesatuan Kopassus, saya siap mempertaruhkan jiwa dan raga demi merah putih juga baret merah”, ujar ayah dari Arya Everest Setiawan, putra pertamanya.

Pemberian nama anak pertama tersebut, ketika dilahirkan saat sudah kembali dari tanah air setelah mencapai puncak gunung tersebut dan nama itu pemberian dari Prabowo Subianto. Nama anak kedua diberi nama Carstenz's Nidya Aulia, yang lahir saat sang ayah sedang mendaki puncak Carstenz. Sementara si bungsu diberi nama Nabil Khansa.

Seperti diungkapkan diatas, persiapan untuk mendaki gunung Everest ini tidak bisa dianggap main-main. Diperlukan waktu latihan minimal selama 3 tahun. Namun, tim pendakian dari Kopassus ini hanya diberi waktu latihan selama 3 bulan saja. Bisa dianggap hal tersebut sebagai bonek (bondo nekat). Akan tetapi, semua kerja keras tersebut terbayarkan, ketika tim tersebut menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang mengibarkan sang merah putih di puncak tertinggi di dunia. Selain itu, merupakan negara ketiga di dunia untuk militernya setelah Nepal dan India.

Selain persiapan fisik, ada juga persiapan mental yang harus dilakukan oleh ayah dari tiga anak ini, yaitu dengan meminta ijin menikah dulu dengan pacarnya yang satu sekolahan, kepada para komandannya. “Ketika diijinkan, ya Alhamdulillah, saya dengan tekad bulat tidak ragu-ragu melaksanakan kegiatan latihan di Nepal di gunung Paldor (5900 meter), lalu bulan kedua di gunung Island Peak (6189 meter) dan bulan ketiga langsung mendaki gunung Everest. Ada perasaan bangga dan haru saat kami sampai di puncak gunung itu.

Di sana tidak ada kehidupan lain, hanya ada puncak gunung tersebut dan langit. Mungkin hanya kita dan Tuhan saja yang tahu, makanya bukan karena hebat atau kuat. Tugas kita kesana adalah menziarahi dimana kepercayaan orang-orang bahwa setiap puncak gunung, adalah tempat yang suci. Jadi kami kesana bukan untuk menaklukan namun untuk menziarahi. Dengan latihan yang keras, semangat, tekad yang bulat serta doa dari seluruh bangsa Indonesia kami bisa berhasil dan kembali dengan selamat hingga kini, “ tutur suami dari Beti Sri Supartini, saat ditanyakan perasaannya saat mencapai puncak gunung keramat tersebut, sembari tersenyum mengakhiri wawancara. (Asatunews)